Zaman sekarang, kalau kamu buka media sosial atau scrolling jadwal kampus dan kantor, pasti ada aja yang namanya webinar. Ya, webinar alias seminar via web ini sekarang udah kayak mie instan—gampang ditemuin di mana-mana dan bisa dinikmati kapan aja. Tapi pernah nggak sih kamu kepikiran tentang siapa sih tokoh penting di balik layar (atau layar Zoom) dari semua webinar itu? Yap, dialah sang narasumber.
Narasumber itu bisa dibilang bintangnya webinar. Nggak ada dia, ya audiens cuma liatin slide kosong sambil dengerin suara panitia muter backsound. Tapi narasumber bukan cuma orang yang asal ngomong depan kamera, lho. Mereka harus punya skill, pengalaman, dan tentu aja—kemampuan buat bikin orang yang tadinya ngantuk pas denger kata “teori” jadi melek dan terhibur. Mari kita bongkar keseruan dunia narasumber dalam webinar!
Narasumber: Antara Pakar dan Stand-up Edukator
Narasumber itu biasanya adalah orang yang punya kapabilitas di bidang tertentu. Misalnya kalau topiknya tentang pemasaran digital, yang diundang tentu aja praktisi digital marketing, bukan tukang bakso. Walaupun kalau tukang baksonya jago banget pasarin dagangannya lewat TikTok, bisa jadi narasumber juga, sih.
Tapi ingat, jadi narasumber bukan cuma soal pintar. Narasumber yang baik itu ibarat stand-up edukator. Dia harus bisa mengemas ilmu yang berat jadi santai, nyambung ke kehidupan nyata, dan bikin peserta webinar bilang, “Ah iya juga ya, kok baru sadar sekarang!” Di situlah seni menjadi narasumber terletak—bukan sekadar transfer ilmu, tapi transfer insight dengan bumbu-bumbu jokes ringan dan cerita pengalaman yang relatable.
Kisah Sebelum Webinar Dimulai
Sebelum narasumber muncul di layar, biasanya ada “ritual” khusus yang harus dijalanin. Mulai dari koordinasi dengan panitia, cek teknis (mic oke, kamera oke, latar belakang jangan yang ada jemuran), sampai latihan kecil-kecilan soal materi yang akan disampaikan. Jangan dikira gampang loh. Kadang narasumber harus ngulik data terkini, mikirin cara nyampein materi biar gak bikin audiens kabur ke YouTube, sampai siapin slide yang estetik.
Dan jangan salah, walaupun tampil cuma satu jam di webinar, persiapan bisa makan waktu berhari-hari. Apalagi kalau topiknya berat atau baru banget. Seorang narasumber harus bisa menjelaskan dengan gaya yang nggak bikin otak nge-hang, tapi tetap dapet poin pentingnya.
Ketika Webinar Dimulai: Saatnya Show Time
Begitu webinar dimulai, biasanya narasumber akan diperkenalkan dulu dengan gelar dan pengalamannya yang panjang—serasa lagi dengerin CV berjalan. Tapi itu penting, biar peserta tahu kalau yang bakal ngomong itu emang kredibel, bukan sembarang orang yang iseng nyelonong ke Zoom room.
Nah, bagian paling krusial adalah saat narasumber mulai menyampaikan materi. Ini bukan waktunya membaca teks bak presentasi ujian skripsi. Narasumber yang keren itu tahu kapan harus serius, kapan harus ngelawak, dan kapan harus bikin analogi aneh tapi nyantol. Misalnya, “Strategi bisnis tuh kayak nyari jodoh. Harus cocok, sabar, dan kadang butuh trial and error.”
Selain itu, narasumber juga dituntut multitasking: ngomong sambil lihat chat box, jawab pertanyaan random dari peserta, dan tetap stay cool walaupun koneksi sempat ngadat. Belum lagi harus tetap terlihat “pintar” meskipun lagi nge-blank gara-gara pertanyaan sulit yang tiba-tiba muncul kayak surprise quiz.
Efek Samping Jadi Narasumber
Jadi narasumber webinar itu nggak cuma soal bagi ilmu, tapi juga dapat banyak keuntungan. Pertama, personal branding. Sekali tampil keren di webinar, bisa jadi kamu langsung ditarik jadi narasumber lagi di tempat lain. Kedua, jaringan pertemanan makin luas. Dari panitia, peserta, sampai sesama narasumber bisa jadi koneksi profesional yang berguna. Ketiga, kadang dapet fee juga (eh ini penting sih, apalagi kalau sinyal lancar dan penampilan kece).
Tapi tentu aja ada juga tantangannya. Kadang peserta yang ngantuk, pertanyaan yang nyeleneh, atau koneksi internet yang ngajak duel bisa jadi ujian kesabaran tersendiri. Belum lagi kalau tampil terlalu kaku, bisa langsung dicap “dosen mode robot” oleh peserta webinar. Maka dari itu, narasumber zaman sekarang nggak bisa cuma ngandelin isi otak, tapi juga perlu skill komunikasi dan storytelling yang oke banget.
Narasumber dan Masa Depan Webinar
Kedepannya, profesi narasumber kayaknya bakal makin eksis. Soalnya webinar makin diminati, apalagi sejak semua orang sadar bahwa belajar itu nggak harus tatap muka di ruang AC yang dinginnya bikin ngantuk. Narasumber jadi garda terdepan dalam menyebarkan ilmu di era digital.
Bahkan, sekarang banyak yang menjadikan narasumber webinar sebagai pekerjaan sampingan atau bahkan karier utama. Asal kamu punya keahlian spesifik, kemampuan berbicara yang luwes, dan materi yang aktual, jadi narasumber bukan lagi mimpi. Cuma perlu satu kesempatan untuk tampil, dan sisanya bisa jadi sejarah (dan undangan rutin ke berbagai webinar).
Narasumber Bukan Sekadar Judul di Flyer
Jadi, kalau kamu selama ini mengira narasumber itu cuma “pembicara” biasa, coba deh ikut webinar dengan perspektif baru. Perhatikan bagaimana mereka menyusun materi, gaya berbicara, dan cara menyentuh audiens yang bahkan kadang udah standby di pojok kamar sambil ngopi.
Narasumber itu ujung tombak dari kesuksesan sebuah webinar. Mereka bukan hanya menyampaikan isi materi, tapi juga membentuk persepsi peserta tentang topik yang dibahas. Dan buat kamu yang punya keahlian khusus, mungkin udah waktunya naik level jadi narasumber. Karena di dunia webinar, ilmu yang dibagikan bisa menjangkau ribuan kepala—tanpa harus ninggalin rumah. Keren, kan?